Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Puisi “Jadi” karya Sutardji Calzoum Bachri

Puisi-Jadi-karya-Sutardji-Calzoum-Bachri

Jabarkelana - Puisi “Jadi” karya Sutardji Calzoum Bachri adalah salah satu karya puisi yang terkenal dari penyair angkatan 70-an. Puisi ini memiliki gaya bahasa yang sederhana, tetapi sarat dengan makna filosofis dan refleksi tentang hidup. Dalam puisi ini, penyair mengeksplorasi bagaimana persepsi dan pemahaman kita tentang perasaan, pertanyaan, dan makna dalam hidup sangat tergantung pada sudut pandang dan cara kita melihatnya.

Puisi “Jadi” karya Sutardji Calzoum Bachri

tidak setiap derita

                                jadi luka


tidak setiap sepi

                                jadi duri


tidak setiap tanda

                                jadi makna


tidak setiap tanya

                                jadi ragu


tidak setiap jawab

                                jadi sebab


tidak setiap seru

                                jadi mau


tidak setiap tangan

                                jadi pegang


tidak setiap kabar

                                jadi tahu


tidak setiap luka

                                jadi kaca


       memandang Kau

                                                                                                pada wajahku!


Latar Belakang Puisi

Sutardji Calzoum Bachri tempat lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, tanggal 24 Juni 1941. Ia merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 70-an, yang dikenal dengan gaya bahasa yang eksperimental, inovatif, dan penuh dengan simbolisme. Ia juga dikenal sebagai penyair yang menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baku, tetapi lebih dekat dengan bahasa sehari-hari. Ia sering menggunakan kata-kata yang singkat, tegas, dan berulang-ulang untuk menciptakan efek ritmis dan dramatis dalam puisinya.

Puisi “Jadi” termasuk dalam kumpulan puisi O Amuk Kapak yang diterbitkan pada tahun 1981. Kumpulan puisi ini merupakan salah satu karya terbaik Sutardji Calzoum Bachri, yang menampilkan puisi-puisi yang berisi pemikiran-pemikiran filosofis, kritik sosial, dan pengalaman pribadi penyair. Puisi “Jadi” sendiri merupakan salah satu puisi yang paling populer dan sering dikutip dari kumpulan puisi ini.


Isi dan Makna Puisi

Puisi “Jadi” terdiri dari sembilan baris, yang masing-masing berisi dua kata yang berlawanan. Kata-kata yang berlawanan ini menunjukkan perubahan perspektif atau sudut pandang yang bisa mengubah makna dari sesuatu. Misalnya, “tidak setiap derita jadi luka” menunjukkan bahwa tidak semua penderitaan akan berakhir sebagai luka, tetapi bisa juga menjadi pelajaran atau kekuatan. Demikian pula, “tidak setiap tanda jadi makna” menunjukkan bahwa tidak semua hal yang tampak memiliki makna, tetapi bisa juga menjadi kebetulan atau kesalahan.

Puisi ini mencerminkan ketidakpastian dan relativitas dalam hidup. Penyair menyiratkan bahwa makna dalam hidup adalah tergantung pada bagaimana kita memahami dan meresponsnya. Tidak semua pengalaman yang buruk atau rasa sakit akan berakhir sebagai “luka.” Tidak semua pertanyaan akan menghasilkan keraguan. Tidak semua jawaban akan memberikan penjelasan. Tidak semua keinginan akan menjadi kenyataan. Tidak semua hal yang kita lihat akan menjadi kenyataan. Semua itu tergantung pada bagaimana kita melihatnya.

Puisi ini juga merupakan sebuah refleksi tentang makna hidup dan bagaimana kita melihatnya. Penyair secara halus mendorong pembaca untuk merenungkan makna hidup dan apa yang kita cari dalam setiap peristiwa atau perasaan. Puisi ini adalah undangan untuk mempertimbangkan bagaimana kita merespons pengalaman hidup kita dan apa yang kita harapkan dari hidup. Puisi ini juga menunjukkan bahwa kita memiliki kekuatan untuk memberikan makna pada pengalaman kita sendiri. Ini mencerminkan konsep hidup kita  cerita yang kita tulis, dan kita dapat memilih bagaimana kita menghubungkan pengalaman-pengalaman tersebut.


Gaya Bahasa dan Unsur Kebahasaan

Sutardji Calzoum Bachri menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan singkat dalam puisi ini, tetapi bahasa tersebut memiliki dampak yang kuat. Penyair menggunakan kata-kata dan frase singkat untuk menggambarkan ide-ide filosofis dengan efektif. Penyair juga menggunakan teknik pengulangan untuk menciptakan ritme dan penekanan dalam puisinya. Setiap baris dimulai dengan kata “tidak setiap” yang menunjukkan perubahan perspektif atau sudut pandang. Setiap baris juga berakhir dengan kata “jadi” yang menunjukkan hasil atau konsekuensi dari perubahan tersebut.

Penyair juga menggunakan kata-kata yang berlawanan untuk menciptakan kontras dan paradoks dalam puisinya. Kata-kata yang berlawanan ini menunjukkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa yang sebenarnya terjadi. Kata-kata yang berlawanan ini juga menunjukkan perbedaan antara apa yang tampak dan apa yang sebenarnya. Kata-kata yang berlawanan ini juga menimbulkan pertanyaan dan pemikiran bagi pembaca tentang makna dari sesuatu.


Kesimpulan

Puisi “Jadi” karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sebuah karya yang merangsang pemikiran.  yang sederhana, penyair membangun pesan tentang arti hidup, persepsi, dan cara kita melihat pengalaman kita. Puisi ini mengajak pembaca untuk memahami dan merespons berbagai aspek dalam hidup.

WaRgA SiPiL
WaRgA SiPiL Mengutip sabda Rasulullah, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad). Besar harapan saya semoga hadirnya Blog ini. bisa memberikan manfaat bagi Anda.

Posting Komentar untuk "Puisi “Jadi” karya Sutardji Calzoum Bachri"