Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Puisi: Sepasang Sepatu Tua (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi: Sepasang Sepatu Tua (Karya Sapardi Djoko Damono)

Jabarkelana - Puisi Sepasang Sepatu Tua adalah salah satu karya dari penyair terkenal Indonesia, Sapardi Djoko Damono. Puisi ini pertama kali dimuat dalam buku Hujan Bulan Juni yang diterbitkan pada tahun 19731. Puisi ini mengisahkan tentang sepasang sepatu tua yang tergeletak di sudut sebuah gudang, berdebu, dan terlupakan. Sepatu-sepatu itu mengingat masa lalu mereka yang penuh warna dan cinta, serta merenungkan nasib mereka yang mungkin akan dibuang atau dibakar. Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang sederhana, namun sarat dengan makna dan emosi.

Puisi: Sepasang Sepatu Tua Karya Sapardi Djoko Damono

Sepasang sepatu tua tergeletak di sudut sebuah gudang, berdebu...


Yang kiri terkenang akan aspal meleleh, yang kanan teringat

jalan berlumpur sehabis hujan - keduanya telah jatuh

cinta kepada sepasang telapak kaki itu.


Yang kiri menerka mungkin besok mereka dibawa ke tempat

sampah dibakar bersama seberkas surat cinta, yang

kanan mengira mungkin besok mereka diangkut truk

sampah itu dibuang dan dibiarkan membusuk bersama

makanan sisa.


Sepasang sepatu tua saling membisikkan sesuatu yang hanya

bisa mereka pahami berdua.


Struktur Puisi

Puisi ini terdiri dari tiga bait, dengan jumlah baris yang berbeda-beda. Bait pertama memiliki enam baris, bait kedua memiliki empat baris, dan bait ketiga memiliki dua baris. Puisi ini tidak memiliki rima, namun menggunakan irama yang teratur dan harmonis. Puisi ini juga menggunakan beberapa teknik pengulangan, seperti aliterasi, asonansi, dan anafora, untuk menciptakan efek ritmis dan menegaskan pesan puisi.

Tema dan Amanat Puisi

Tema utama dari puisi ini adalah kesedihan dan ketidakberdayaan. Sepasang sepatu tua melambangkan manusia-manusia yang telah menua dan kehilangan makna hidup mereka. Mereka merasa tidak dihargai, tidak dibutuhkan, dan tidak berdaya menghadapi takdir mereka. Mereka hanya bisa mengenang masa lalu yang indah dan mencintai satu-satunya hal yang masih menyertai mereka, yaitu sepasang telapak kaki yang pernah memakai mereka. Amanat yang ingin disampaikan oleh penyair adalah bahwa manusia harus menghargai dan mencintai apa yang mereka miliki, sebelum semuanya hilang dan terlupakan.

Gaya Bahasa dan Makna Puisi

Puisi ini menggunakan beberapa gaya bahasa, antara lain:

  • Metafora: Sepasang sepatu tua adalah metafora dari manusia-manusia yang telah menua dan kehilangan makna hidup mereka. Sepasang telapak kaki adalah metafora dari pasangan hidup yang masih setia dan mencintai mereka.
  • Personifikasi: Sepatu-sepatu itu diberi sifat-sifat manusia, seperti terkenang, teringat, jatuh cinta, menerka, mengira, dan membisikkan.
  • Hiperbola: Aspal meleleh dan jalan berlumpur sehabis hujan adalah hiperbola yang digunakan untuk menunjukkan betapa ekstremnya kondisi yang pernah dihadapi oleh sepatu-sepatu itu.
  • Paradoks: Sepatu-sepatu itu jatuh cinta kepada sepasang telapak kaki, padahal mereka adalah benda mati yang tidak memiliki perasaan. Ini menunjukkan paradoks antara kenyataan dan harapan, antara hidup dan mati, antara cinta dan kesepian.

Makna puisi ini adalah bahwa hidup itu penuh dengan pasang surut, suka dan duka, cinta dan luka. Manusia harus menghargai dan mencintai apa yang mereka miliki, sebelum semuanya hilang dan terlupakan. Manusia juga harus saling berbagi dan peduli dengan sesama, karena kita semua adalah sepasang sepatu tua yang membutuhkan sepasang telapak kaki untuk mengisi hidup kita.

WaRgA SiPiL
WaRgA SiPiL Mengutip sabda Rasulullah, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad). Besar harapan saya semoga hadirnya Blog ini. bisa memberikan manfaat bagi Anda.

Posting Komentar untuk "Puisi: Sepasang Sepatu Tua (Karya Sapardi Djoko Damono)"